Fauna
di Suaka Elang Loji
Suaka elang loji adalah tempat
penangkaran elang loji dan fauna yang dilindungi. Suaka ini terletak di Kabupanten Bogor
di Provinsi
Jawa Barat, Indonesia, tepatnya di Cijeruk,
Bogor. Di sana tidak ada wifi
tetapi kita bisa internetan karena
sinanyalnya 4G. Di sana banyak
sekali fauna. Beberapa yang ada adalah macan tutul jawa, macan kumbang
jawa, lutung jawa, owa jawa. Dan tentuya beberapa jenis elang.
Macan tutul jawa (panthera
pardus melas). Dia termasuk ke dalam
kategori kucing besar. Beratnya untuk jantan sekitar 37 kg sedangkan betina 23-27 kg.
Makanan kesukaannya adalah
antelop dan gazelle. Mangsanya adalah
pengerat, ikan, monyet, burung, dan hewan
di sekitarnya. Ia termasuk kelas
mamalia dan mempunyai anak sekitar 4-5 ekor. Kecepatanya
berlari kurang lebih 58 km/jam. Umumnya bulunya berwarna kecoklatan
dengan bintik- bitik berwana hitam. Ia
tersebar di Afrika dan Asia
sedangkan di Indonesia ada di
Jawa Barat. Umur macan tutul jawa adalah 12- 15 tahun.
Lutung jawa (Trachypithecus
auratus ) . Dia termasuk ke dalam kategori monyet dunia lama. Beratnya 5-15 kg,
dan yang jantan lebih besar daripada betina. Makanan kesukannya adalah daun, buah-buahan
dan kucup bunga. Meliliki 4 kamar pada lambung sehingga menyimpan makanan cukup
banyak. Lutung termasuk hewan diurnal
karena aktif pada siang hari. Sayangnya
lutung jawa hanya dapat melahirkan 1 anak setelah hamil 7 bulan. Bulu
hewan ini berwarna keemasan. Umur hewan ini bisa mencapai
4-20 tahun dan daerah sebarannya adalah Asian Tenggara.
Owa jawa (Hylobates moloch). Dalam
bahasa Inggris, Owa Jawa dikenal sebagai Silvery
Javan Gibbon, Javan Gibbon, Moloch
Gibbon, dan Silvery Gibbon. Ia adalah sejenis primata anggota suku Hylobatidae.
Apa kamu pernah
lihat spesies kera tanpa ekor dengan bulu berwarna abu-abu?
Memiliki
suara yang khas,
satwa endemik ini termasuk hewan diurnal dan arboreal, dengan
populasi tersisa antara 1.000–2.000 ekor. Makanan utamanya buah-buahan, daun, dan bunga-bungaan. Daerah penyebarannya paling timur adalah di wilayah Gunung Slamet serta
di jajaran Pegunungan Dieng,
dan sebelah barat di wilayah Pekalongan. Betina baru mencapai usia matang di umur 8-10 tahun sementara jantan pada usia 8-12
tahun. Untuk urusan anak, betina baru bisa memberikan keturunan selang 3 sampai
5 tahun. Ukuran panjangnya 68 cm dan beratnya 5,9kg.
Elang
Elang jawa (Nisaetus Bartelsi). Elang Jawa memiliki jambul menonjol sebanyak 2-4
helai dengan panjang mencapai 12 cm, karena itu Elang Jawa disebut juga Elang
Kuncung. Satwa ini dianggap identik dengan
lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Populasi ideal untuk Elang Jawa ialah
sebanyak 1.450 pasang. Namun saat ini populasinya hanya sekitar 108-542 ekor.
Sebagai
salah satu jenis hewan monogami yang hidup dengan satu pasangan seumur hidup,
Elang Jawa betina memiliki kebiasaan hanya bertelur dua tahun sekali. Jenis burung elang
ini merupakan jenis elang endemik asli Indonesia.
Elang Jawa mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan jenis elang lain
yang ada di dunia. Burung elang Jawa yang sudah dewasa bertubuh
tegap dengan bulu yang lebat. Panjang dari burung elang Jawa dewasa mencapai 60
cm, dihiasi dengan jambul di bagian atas kepala yang menjulang ke atas dan
berwarna hitam. Bulu punggungnya berwarna gelap, sedangkan bulu yang terdapat
di sisi kepala berwarna coklat kemerahan, dengan coretan vertikal di bagian
tenggorokan. Pada bagian dada terdapat
garis horizontal hitam dengan berlatarkan warna putih.
Elang Jawa
terbang dengan cara membulatkan sayapnya, kemudian menekuknya ke atas
sebagaimana huruf (V) dengan garis-garis hitam yang terdapat di bagian pinggir
sayap. Daerah penyebaran elang Jawa hanya dapat dijumpai di habitat
aslinya, yaitu sebagaimana namanya, di Pulau Jawa. Hewan ini lebih menyukai habitat hutan
dengan area pegunungan, perbukitan dan dataran tinggi dan bahkan dapat hidup
hingga ketinggian 3.000 M.dpl.
Burung ini memangsa hewan kecil
seperti musang, tikus, ayam hutan atau kadal,tupai dan bajing, kalong sampai dengan anak monyet. Mereka
bereproduksi di rentang usia antara 3 sampai 4 tahun. Sebaran elang ini
terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional
Ujung Kulon) hingga
ujung timur di Semenanjung
Blambangan Purwo. Elang jawa mangsa, seperti berbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan bahkan ayam kampung.
Elang ular bido (Spilornis Cheela) merupakan salah satu jenis burung elang dari Ordo Accipitriformes,
keluarga Accipitridae dengan genus Spilornis. Ciri
khas burung ini yaitu berwarna hitam dengan garis putih di ujung belakang sayap dan memiliki suara yang sangat berisik seperti “”Kiiiik”” panjang, yang diakhiri dengan penekanan nada.
Ciri khas burung elang ular bido lainnya pada bagian sayap yang menekuk ke depan dan ke atas
membentuk huruf C yang terlihat membusur. Selain itu elang ini memiliki kulit
kuning tanpa bulu yang ada pada sekitar mata sampai dengan paruh. Konon
katanya kulit
kaki dari elang ini memiliki kekebalan terhadap bisa ular, oleh sebab itu, jenis burung elang ini
di sebut dengan elang
ular.
Elang
ular bido memiliki tubuh berukuran sedang, yaitu 50 cm, terlihat berwarna gelap, dengan sayap sangat lebar dan membulat, serta ekor pendek.
burung
elang ular bido yang sudah dewasa memiliki tubuh
bagian atas coklat abu-abu gelap dan bagian bawah yang coklat. Selain itu bagian perut, sisi tubuh, dan bagian lambungnya
berbintik-bintik putih. Ciri lainnya yaitu adanya garis abu-abu lebar di tengah
garis-garis hitam pada ekor. Sementara itu untuk bagian jambulnya pendek dan lebar,
berwarna hitam dan putih, lalu tidak terdapat bulu di
antara mata dan bagian paruh.Dan ketika burung
tersebut terbang, akan terlihat garis putih lebar yang ada di bagian ekor dan
garis putih pada pinggir belakang sayap.
Perilaku
burung ini yang sering terlihat yaitu melayang-layang di atas hutan, sambil mengeluarkan suara nyaring dan lengking yang khas, dengan tekanan pada dua nada yang
terakhir yang lembut.
Daerah persebaran elang ini yaitu di beberapa negara dengan burung elang ini
yaitu di India, Cina Selatan, Asia Tenggara, Palawan, dan Sunda Besar.
Burung ini juga ada di seluruh Sunda
Besar dan mungkin merupakan burung elang yang paling umum di daerah berhutan
yang ada hingga pada ketinggian 1.900 m. Burung pemangsa ini suka memakan
berbagai macam hewan hewan kecil seperti tikus, burung kecil dan masih banyak
lagi.
Elang hitam(Ictinaetus malaiensis) atau yang lebih dikenal dengan sebutan elang IBE (indian
Black Eagle) oleh para pecinta burung pemangsa. Panjang tubuh dari ujung paruh hingga ujung ekornya sekitar 70-80 cm. Pada usia remaja,
warna bulu cenderung pucat, dengan mata yang berwarna gelap atau yang lebih
dengan dengan usia juvenile. IBE membuat
sarang di atas pohon yang tinggi
dengan menggunakan ranting dan daun yang disusun melingkar di antara cabang pohon dengan banyaknya telur 1 – 2 butir saja.
Elang ini
memiliki
bulu yang seluruhnya berwana hitam.
Elang ini banyak berkembang biak di wilayah Asia tropis dengan bertempat
tinggal di hutan-hutan tropis seperti Nepal dan ke timur laut Murree, Burma, dan Cina. Selain itu
IBE juga menyebar hingga ke Semenanjung India, Sri Langka, dan beberapa wilayah di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri
dapat dijumpai di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Elang brontok (Nisaetus
cirrhatus) disebut sebagai burung rajawali atau burung garuda. Ukuran ini memang
besar dengan rentang sayap yang lebar,dan perawakan tegap dan gagah. Burung yang
bersaudara dekat dengan elang jawa (Nisaetus bartelsi) dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Changeable Hawk-eagle atau Crested Hawk-eagle.
Dinamai elang brontok karena bulunya
yang berwarna bercak-bercak dan sangat bervariasi juga berubah-ubah. Elang brontok mempunyai panjang tubuh sekitar 57-79 cm (dari
ujung paruh hingga ujung ekor). Suara burung
pemangsa ini nyaring dan
keras dengan nada bekepanjangan seperti yiip-yip-yip-yip,
kwip-kwip-kwip-kwii-ah, atau kii-liiuw. Habitat burung garuda mulai dari padang
rumput, hutan, kebun, sumber air yang dikelilingi pohon, perkebunan teh,
hutan dekat perkampungan, bahkan hingga di pinggir perkotaan. Umumnya hidup di
daerah berketinggian di bawah 1.500 m dpl meskipun terkadang ditemukan juga
hingga di ketinggian 2.200 m dpl. Daerah sebaran burung elang brontok cukup
luas. Selain di Indonesia rajawali ini hidup juga di Bangladesh, Brunei
Darussalam, Kamboja, India, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Filipina,
Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia elang
brontok atau sang rajawali ini tersebar mulai dari pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali,
hingga Nusa Tenggara.